Senin, 14 Mei 2012

Guru yang Baik dan Guru yang Hebat

SOAL
1. Identifikasilah:
    a) ciri-ciri guru yang baik;
    b) ciri-ciri guru yang hebat.

2. Jika diwajibkan memilih, apakah Anda akan berupaya untuk menjadi 
    "guru yang baik" ataukah ingin menjadi "guru yang hebat"? Mengapa 
    demikian? Tulislah minimal tiga alasan yang mendasari pilihan Anda itu.

3. Bagaimanakah profil ideal guru Bahasa Indonesia di era globalisasi ini?
    Jelaskanlah menurut sudut pandang Anda masing-masing.

4. Adakah manfaat yang Anda peroleh setelah membaca wacana itu?
    Jika ada, tulislah semua manfaat yang dapat Anda petik darinya.

Jawaban ditulis dalam blog Anda masing-masing, paling lambat dua hari.
sebelum tatap muka selanjutnya.

Jawaban....!!!!

1.      Guru yang baik dalam mengajar adalah guru yang memiliki beberapa karakteristik dan kompetensi yang dibutuhkan dalam proses mengajar.

Karakteristik guru baik ialah

1.      Memiliki minat yang besar terhadap mata pelajaran yang diajarkan
2.      Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara cepat.
3.      Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitivitas yg diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar.
4.      Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberi penjelasan pada siswa.
5.      Memiliki kualifikasi memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode mengajar.
6.      Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode dan teknik.

Kompetensi Guru 
                     
Kompetensi (UU Guru/Dosen) adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yg harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru  dlm melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi guru (Pasal 10 UU Guru) yaitu :
1.      Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
2.      Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3.      Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4.      Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

a.  Ciri-ciri guru yang Baik

1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.
6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.
 8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

  guru hebat

Guru yang hebat adalah guru yang dapat
1.      Menyelesaikan tugasnya dengan sempurna,
2.      Menjadikan siswanya pintar secara kognitif,
3.      Membangun kecerdasan afektifnya dengan baik, dan
4.      Membentuk landasan psikomotornya dengan baik.
Guru yang hebat juga dapat berarti guru yang selalu
1.      Berpikir tentang kemajuan siswa,
2.      Bekerja tanpa lelah dengan rasa ikhlas,
3.      Beprinsip “Rame Ing gawe Sepi Ing pamrih”
4.      Merindukan siswanya dan dunianya.

b. Ciri guru yang hebat

1.  Mempunyai semangat kerja yang baik.
2. Selalu bercita-cita menjadi "Profesional yang total", artinya tidak setengah-setengah.
3. Selalu meluangkan waktunya untuk membaca.
4. Cinta terhadap pekerjaannya dan menjadi guru yang aktif.
5. Mampu memotivasi kepada siswa untuk memiliki semangat belajar yang tinggi.
6. Slalu kreatif
7. Slalu inovatif

2.      Guru baik atau guru hebat
Apabila harus memilih antara guru baik dan guru hebat saya akan memilih guru yang hebat karena guru yang hebat sudah tentu guru yang baik. Guru yang hebat tidak hanya sebagai pengajar tetapi sebagai pendidik yang dapat membuat siswanya pintar dan sekaligus membimbing siswanya untuk berprilaku baik. Guru sebagai pendidik tidak hanya berperan di dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas.
Guru yang hebat mampu meguasai metode pembelajaran dengan baik karena keberhasilan siswa dalam belajar, tidak lepas dari kepintaran guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Selain menguasai metode pembelajaran, keberhasilan guru dalam mengajar adalah kemampuan mengelola kelas.
Guru yang hebat akan selalu jadi panutan bagi para siswanya, selalu dirindukan oleh siswanya, guru yang hebat dapat menjadi teladan bagi rekan kerjanya, selalu menjadi inspirasi rekan kerjanya, guru yang hebat selalu aktif, kreatif,dan inovatif.

3.         profil ideal guru Bahasa Indonesia menurut sudut pandang saya adalah

1.      memahami landasan dan wawasan pendidikan, terutama terkait dengan bidang dan tugasnya.
2.      Menguasai materi pelajaran, menguasai pengelolaan pembelajaran sesuai karakteritik materi pelajaran.
3.      Seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar yang matang.
4.      Harus menguasai IT dan guru juga harus mampu mengkomunikasikan segala informasi kepada orang tua atau kepada masyarakat pendidikan di sekolah maupun lingkungannya.
5.      Seorang guru harus mengetahui cara berkomunikasi yang efektif.
6.      Mampu membangun networking yang kuat untuk meningkatkan kompetensinya.
7.      Mampu membangun tim kerja yang kuat untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

4.    Manfaat yang saya dapatkan diantaranya

1.      Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan apabila ingin menjadi guru hebat.
2.      Mendapat banyak pelajaran tentang bagaimana caranya untuk menjadi seorang guru yang profesional dan meningkatkan kualitas dan kempetensi guru.
3.      Mengingatkan kembali tentang UU guru dan dosen serta kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
4.      Bertambahnya pengetahuan dan informasi mengenai dunia pendidikan.







Selasa, 08 Mei 2012

membentuk generasi emas


Membentuk generasi emas
            Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintahan. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup. Secara tepat di masa yang akan datang, baru saja kita memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Rabu, 02 Mei 2012, yang tema sentral Hardiknas tahun ini adalah “Bangkitnya Genasi Emas”. M.Nuh menyampaikan dalam sambutannya, perihal investasi pengembangan SDM sebagai uapaya menyiapkan generasi 2045, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan akses seluas-luasnya kepda seluruh anak bangsa untuk memasuki dunia pendidikan; mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke perguruan tinggi.  
Generasi emas merupakan generasi yang mewakili harkat dan martabat bangsa. Untuk membentuk generasi emas melalui pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting karena bahasa merupakan ciri suatu bangsa.  Namun akhir-akhir ini bahasa Indonesia seakan-akan terkalahkan oleh bahasa gaul yang sering kita dengar di lingkungan atau kelompok bermain. Dalam berbicara penggunaan bahasa Indonesia yang benar memang sudah tidk lagi dijadikan hal penting bagi masyarakat dalam berkomunikasi. Upaya melestarikan bahasa Indonesia harus kita galakan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan  benar sesuai dengan EYD
            Dengan adanya pembelajaran bahsa Indonesia di sekolah seharusnya para siswa membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi,  hal ini mendorong siswa untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam mencapai prestasi akan tetapi bahasa Indonesia juga digunakan untuk mencapai tujuannya. Tak hanya dengan bahasa saja kita ciptakan generasi emas di Indonesia tercinta ini tetapi dengan pembentukan karakter yang ditanamkan dalam keluarga merupakan modal utama bagi siswa tersebut untuk menjadi pribadi yang memiliki etika, budi pekerti yang luhur. Keluargalah yang merupakan titik tolak utama dalam pembentukan karakter.
            Pendidikan juga berperan penting dalam pembentukan karakter bangsa, kita sebagai pendidik harus bisa menciptakan generasi penerus yang cakap intelektual, anggun secara moral dan siap menghadapi tangtangan, membentuk generasi muda menjadi generasi penerus yang hebat dan unggul dalam dunia IPTEK  yang tentunya disertai dengan IMTAK kepada tuhan YME. Generasi penerus ini yang akan membawa bangsa ini menjadi jauh lebih maju dan lebih baik . Untuk menciptakan generasi emas yang akan membawa perubahan pada negeri tercinta ini tentunya harus diiringi dengan pendidik yang professional, handal, kreatif, aktif,  inovatif, inspiratif, efektif,  bagi para siswanya.

            Di sisi lain, yang juga perlu disadari, pendidikan bukan tanggung jawab pemerintah/negara semata. Pendidikan sebagai jalan kemajuan negeri ini harus menjadi komitmen dan kesadaran bersama. Bertepatan dengan momentum Hardiknas tahun ini, konsep Tri Partit Pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang ditekankan Ki Hajar Dewantara (1889-1959) perlu dikuatkan kembali. Tanpa kerja sama yang solid antara ketiga unsur tersebut, menurut saya, pendidikan tetap sulit menghasilkan generasi emas. Artinya, Indonesia tetap tanpa kemajuan meskipun telah seabad merdeka pada tahun 2045 kelak.

Sumber bacaan:
Harian online kabar Indonesia
Edukasi kompas
Blog-sanjaya.blogspot.com

Selasa, 17 April 2012

Model Pembelajaran Berbicara


Model Pembelajaran Berbicara

Model pembelajaran berbicara ada sebelas yaitu:
1.                  Model Pembelajaran Bermain Peran
2.                  Model Pembelajaran Parafrase
3.                  Model Pembelajaran Bercerita
4.                  Model Pembelajaran Menceritakan Kembali
5.                  Model Pembelajaran Melanjutkan Cerita
6.                  Model Pembelajaran Reka Cerita Gambar
7.                  Model Pembelajaran Bertanya
8.                  Model Pembelajaran Menjawab Pertanyaan
9.                  Model Pembelajaran Memerikan
10.              Model Pembelajaran Lihat Ucapkan
11.              Model Pembelajaran Ulang Ucap

Dari model yang telah disebutkan di atas, yang terbaik menurut hemat saya yaitu Model Pembelajaran Menceritakan Kembali, karena dalam model ini siswa dituntut untuk lebih konsentrasi dalam memperhatikan dan mendengarkan karena siswa dituntut untuk menceritakan kembali apa yang telah didengar. Selain itu dalam model pembelajaran menceritakan kembali, siswa mulai belajar merangkai kata dan kalimat walaupun sederhana, menambah pembendaharaan kata (diksi),  menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri siswa menjadi lebih baik. Apabila rasa percaya diri telah ada dalam diri siswa, maka ia akan aktif dalam memberikan respon terhadap pelajaran yang sedang diberikan oleh guru serta dapat meningkatkan rasa ingin tahunya dengan mengemukakan pertanyaan, memberikan tanggapan dan saran-saran. Dalam model ini guru juga berperan penting karena guru bisa memberikan motivasi dan umpan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam menyampaikan kembali apa yang telah ia dengar, selain itu guru juga dapat menentukan tema cerita yang menarik dan actual sesuai dengan minat dan motivasi siswa. 

Daftar Pustaka 

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/30/model-pembelajaran-bermain-peran/#more-790

Jumat, 16 Maret 2012

Tugas artikel

Tantangan Baru Dunia Pendidikan

Sejak diterbitkannya surat edaran Dirjen Dikti bernomor 152/E/T/2012 mengenai publikasi karya ilmiah calaon sarjana S1, S2 dan S3, suka atau tidak calon mahasiswa sarjana atau program pasca sarjana wajib memublikasikan karya ilmiahnya di sebuah jurnal yang biasanya terdapat di setiap PTS atau PTN. Hal itu menimbulkan polemik pendapat, ada yang setuju dan ada yang tidak.
Niat baik dari Dirjen Dikti sebenarnya harus direspon fositif oleh setiap siswa dan PT karena ini memang untuk menubuhkan semangat intelektualisme di PT dan bagi siswa yang tentunya ditumjukan dengan bukti-bukti dan aktivitas menulis karya tulis di jurnal. Hal ini seperti yang diungkapkan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Djoko Santoso  yang dimuat situs berita Kompas, http://adukasi.kompas.com/ menjelaskan mengapa seluruh mahasiswa (S1, S2, S3) diwajibkan membuat dan memublikasikan karya ilmiahnya sebagai salah satu penentu kelulusan. Ini memang suatu tantangan yang besar yang harus mampu kita lewati selama menempuh pendidikan di PT. Mungkin ini salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Negara kita.
Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan tentang Publikasi Karya Ilmiah bukan tanpa sebab. Pasti ada sebab mengapa Dirjen Dikti sampai mengeluarkan kebijakan tersebut. Kita coba mengingat kembali isu terhangat sekarang yang bukan hanya mahasiswa saja, namun dosen, bahkan setingkat Guru Besar pun ada yang tersandung dengan praktek plagiarisme, yang sering dianggap “dosa besar” di dunia akademik.
Untuk menghindari plagiarisme maka dirjen dikti mengeluarkan kebijakan tersebut. Selain dengan publikasi karya ilmiah plagiarisme juga dapat di cegah dengan cara selain itu, diantaranya dengan menggunakan proses validasi secara elektronik ataupun dengan mengunggah makalah atau karya ilmiah tersebut ke dalam internet. Yang akhirnya publikpun bisa menelusuri secara elektronik, termasuk indikasi kemiripan atau praktek copy paste dari karya ilmiah dosen atau siswa.
    Prof Joniarto Parung berpendapat lain mengenai surat edaran Dirjen Dikti. Menurut dia, publikasi karya ilmiah memang bertujuan bagus, yakni mendongkrak karya ilmiah di kampus. Tapi, caranya dinilai kurang tepat. “Sangat reaktif,” ujarnya.
    Apalagi, tertulis jelas dalam surat edaran itu, salah satu yang dijadikan rujukan adalah kekalahan jumlah dari Malaysia, hanya sekitar sepertujuh. “Itukan hanya berfikir kuantitas . Semestinya tidak begitu,” imbuhnya.
    Dia menuturkan, ketentuan dalam jurnal ilmiah cukup berat. Terutama masalah reviewer. Setidaknya, untuk satu makalah yang dipublikasikan itu, butuh dua pakar yang jadi reviewer. “bukan hanya dosen pembimbing yang jadi reviewer,” tuturnya.
   Kendala dalam jurnal itu biasanya adalah masalah waktu. Sebab, pemuatan dalam jurnal ilmiah butuh waktu lama. Nah, bagi si mahasiswa, tentu masa studi bisa semakin molor. “bisa enam bulan sampai dua tahu,” kata profesor yang juga menjadi reviewer di jurnal internasional terbitan Emerald tersebut.
          Ketika kewajiban membuat makalah diberlakukan sebagai syarat kelulusan sarjana, saya menganggap terlalu berlebihan. Kalau untuk syarat Magister dan Doktor mungkin masih bisa diterima, asal pihak Dikti memberikan petunjuk teknis di lapangannya secara rinci, termasuk ketersediaan dan kesiapan jurnal ilmiahnya dengan jumlah yang bisa menampung ribuan makalah.
       Niat dan semangat saja tidak cukup. Apalagi niat dan stamina para petinggi tersebut harus didukung stamina dan semangat yang sama dari bawah juga. Ketika mayoritas kampus masih bergelut dengan persoalan lain, misalnya keterbatasan kualifikasi dosen dan kemampuan menyediakan sarana dan prasarana untuk publikasi mahasiswa, maka mahasiswa akan menjadi korban berikutnya dari kebijakan ini.
   Semoga ini bukan seperti pepatah, jangan karena ada hama tikus di rumah maka rumah itupun di bakar. Jangan pula karena rumah tetangga itu lebih bagus, keluarga sendiri disiksa. Namun apapun titah para petinggi pendidikan di pusat kekuasaan, semoga para insan pendidikan tidak patah semangat untuk mencerdaskan masyarakat dan memajukan negeri tercinta ini.
Daftar Pustaka





   




      




Selasa, 06 Maret 2012

Rangkuman " PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN MULTIMEDIA"

Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi. Perkembangan teknologi media berpotensi dalam mengubah cara seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, dan menyesuaikan informasi. Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia pada umumnya hanya menggunakan model konvensional. Pembelajaran berbasis media pernah dilakukan hanya beberapa saja. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana merancang pembelajaran menulis dengan menggunakan media.
Kemampuan menulis berkembang melalui pelatihan selama lebih dari dua dekade ketika seorang anak tumbuh dan mempelajari keterampilan mengomposisikan selama masa akhir remaja dan awal dewasa. Kemahiran menulis dapat ditinkatkan melalui perlatihan (Kellog,2008:1). Adapun Crimon menjelaskan bahwa menulis merupakan sebuah proses. Proses menulis dibagi dalam tiga tahapan:
  1. Perencanaan (Planning)
  2. Penyusunan draf (Drafting), dan
  3. Revisi (Revising).
Ketiga tahapan dalam proses menulis ini tampak menunjukan satu urutan linear yang sederhana, yakni seorang penulis dapat menyelesaikan semua kegiatan pada satu tahap dan kemudian beralih ketahap lain. Kesulitan lain dengan pembagian tiga tahap dalam proses menulis ini adalah bahwa para penulis yang berpengalaman tampak bekerja dalam proses ini menurut cara mereka masing-masing. Cara terbaik untuk menguji efektivitas keputusan ini adalah mengukurnya menurut ketiga unsur berikut ini dalam setiap situasi menulis.
  1. Seorang penulis harus memikirkan apa yang ingin ia tulis dan bagaimana cara menulisnya
  2. Ia harus memikirkan cara-cara untuk menilai apa yang telah ia capai
  3. Ia harus menemukan cara untuk mengarahkan dan mengendalikan setiap keputusan selama proses menulis dari perumusan gagasan hingga pembentukan kalimat.
Seorang penulis harus mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
  1.  Apa yang saya ketahui tentang topik saya?
  2. Apa fokus dari topik saya?
  3. Apa pentingnya topik saya?
  4. Apa yang menarik tentang topik saya?
  5. Apakah topik saya dapat dikembangkan?
Pada dasarnya seorang penulis menulis dengan sangat efektif apabila ia "menulis dengan satu tujuan." Tujuan di sini  adalah seluruh desain atau rancangan yang mengatur apa yang dilakukan oleh penulis dalam tulisannya. Dengan demikian, tujuan mengarahkan dan mengendalikan semua keputusan yang dibuat oleh penulis selama proses menulis. Tujuan inilah yang memungkinkan penulis untuk menyampaikan topik secara efektif.

Perencanaan (Planning)
Cara terbaik untuk memulai menulis adalah memulai perencanaan. Penulis  yang tidak berpengalaman melihat bahwa proses perencanaan biasanya biasanya menimbulkan dua jenis kegagalan:
  1. Mereka tidak dapat berfikir melalui segala sesuatu yang ingin mereka katakan sebelum mereka mulai menulis, dan
  2. Mereka tidak dapat mentransfer pikiran mereka ke dalam tulisan. 
Sumber dan Strategi
Perencanaan membantu menulis mengungkap, mengkaji, dan menulis sebuah topik. Perencanaan inilah yang membantu penulis menemukan dan menghasilkan informasi dalam tulisan. Hemmingway menemukan sebuah kalimat yang benar dalam satu dan ketiga sumber ini:
  1. Sesuatu yang telah ia ketahui (memori),
  2. Sesuatu yang pernah ia lihat (observasi), dan
  3. Sesuatu yang ia dengar dari seseorang (penyelidikan).
Ketiga sumber ini berisi sangat banyak informasi. semua untuk memanfaatkan sumber-sumber ini, penulis harus menggunakan serangkaian strategi praktis. Semua strategi ini tidak hanya mengidentifikasi informasi yang telah ada, tetapi juga menciptakan informasi baru.
Masa lalu adalah satu sumber informasi bagi seorang penlis. Salah satu cara terbaik untuk mengingat adalah menggunakan kata kunci (code word) untuk membuka memori. Untuk memunculkan kembali berbagai memori dalam tulisan dan menafsirkan apa yang telah diingat, ada tiga strategi yang dapat digunakan: brainstroming, menulis bebas (free writing) dan pembuatan jurnal.
Strategi kedua adalah menulis bebas (free writing). Menulis bebas berbeda dengan brainstroming karena menulis bebas ini mendorong penulis untuk mengingat blok-blok informasi dan menuliskannya dalam frase dan kalimat. Tujuan utamanya adalah menulis tanpa henti selama kurang lebih 10-15 menit.
Strategi terakhir adalah membuat jurnal atau catatan. Jurnal memberikan dua keuntungan.
  1. Jurnal mendorong penulis untuk mengambil resiko dan mencatat segala sesuatu yang berkaitan dengan tulisan.
  2. Jurnal juga merupakan tempat yang sempurna untuk mencatat kemajuan seorang penulis. 
sember kedua bagi penulis adalah hasil observasi atau apa yang telah ia ketahui. Dalam proses ini ada tiga strategi yang dapat digunakan: pencarian, pemetaan, dan spekulasi.
Proses pencarian (scouting) adalah metode untuk memilih topik-topik yang sesuai untuk diobservasi secara terus-menerus. Strategi kedua adalah pemetaan (mapping). Pemetaan adalah metode untuk mengkaji sebuah topik selama periode observasi, sekitar 30-60 menit. Tujuannya adalah mendorong penulis mengamati dan menghasilkan garis dan gambar untuk membuat rincian-rincian yang lebih spesifik.
Strategi terakhir yang berkaitan dengan proses observasi adalah spekulasi. spekulasi adalah sebuah cara untuk melahirkan berbagai penafsiran tentang apa yang telah diamati.
Sumber informasi ketiga dalam proses menulis adalah penyelidikan. Dalam proses penyelidikan ini, seorang penulis dapat menggunakan tiga strategi: pertanyaan penelitian, wawancara dan membaca.
Penyusunan (Drafting)
Drafting adalah prosedur untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan selama perencanaan dapat dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang baik. Dalam penyusunan draft, ada tiga strategi yang dapat ditempuh: outline dasar (csratch outline), perumusan hipotesis, draft temuan (discovery draft) dan outline deskriptif.
Outline dasar adalah alat bantu untuk menemukan satu bentuk urutan materi yang telah dikumpulkan oleh penulis selama proses perencanaan. Setelah hipotesis diuji, penulis dapat menyusun draft pertama atau disebut juga draft temuan. Strategi terakhir adalah penyusunan outline deskriptif. Outline deskriptif adalah metode untuk membantu penulis menilai apa yang telah dicapai selama proses drafting.
Revisi 
Revisi adalah melihat kembali dan menemukan satu visi baru untuk tulisan yang telah dibuat selama proses perencanaan dan drafting. Pada dasarnya revisi merupakan sebuah proses dua tahap.
  1. Penulis menggunakan berbagai strategi membaca untuk membantunya memikirkan kembali, menyusun kembali dan sering kali menuliskan kembali bagian-bagian yang telah dibuat.
  2. Proses lokal yaitu memperbaiki kalimat, frase dan kata-kata atau memoles tulisan. 
 Setelah revisi dimulai, sebuah tulisan akan tampak berbeda karena:
  1. Draft yang semula acak-acakan kini menjadi lebih lengkap dan sempurna;
  2. Tulisan menjadi berbeda karena perubahan waktu;
  3. Ada informasi dan pertanyaan baru yang dimasukan ke dalam draft;
  4. Penulisan telah mengubah posisi dari penulis menjadi pembaca tulisannya sendiri.
Pengertian Multimedia 
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, Iaudio, video, dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua katagori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioprasikan oleh pengguna. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat diperiksa oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Manfaat multimedia 
Manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan prises belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. 
Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran 
Karakteristik multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut ini.
  1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya mesalnya menggabungkan unsur audio dan visual.
  2. Bersifat interaktif
  3. Bersifat mandiri.
Meltimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut.
  1. Mampu memperkuat respon pengguna.
  2. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.
  3. Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna.
Format Multimedia pembelajaran
Format sajian multimedia pembelajaran dapat dikatagorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut.
  1. Tutorial
  2. Driil dan Practise
  3. Simulasi
  4. Percobaan dan Eksperimen
  5. Permainan
Pelaksanaan Pembelajaran Menulis dengan Multimedia
Pelaksanaan model pembelajaran menulis dengan multimedia (film) dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini 
Kegiatan Pramenulis
Kegiatan Menulis
Kegiatan Perbaikan Hasil Simakan
Kegiatan Publikasi